Sunday 12 May 2013

kisah dunia (17)

Nabi Muhammad SAW


Penjelasan Waraqah bin Naufal.

Setelah mengalami peristiwa besar di gua Hira tersebut, Rasulullah Muhammad SAW segera pulang ke rumah beliau. Beliau sangat ketakutan sehingga setibanya di rumah, beliau minta Khadijah untuk menyelimutinya. Beliau menceritakan kejadian hebat yang baru saja beliau alami itu kepada isteri beliau yang tercinta, Khadijah. " Sesungguhnya aku cemas atas diriku (akan binasa)!"
"Jangan takut !" bujuk khadijah menenangkan Rasulullah SAW. " Demi Allah ! Tuhan sekali-kali tidak akan membinasakanmu. Engkau selalu menghubungkan tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengadakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran." Khadijah kemudian mengajak Rasulullah SAW untuk menemui anak pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal bin Asad bin abdul Uzza. Waraqah yang telah berusia lanjut dan matanya telah buta ini adalah pemeluk agama Nasrani yang saleh yang mampu dan pandai menulis buku dalam bahasa Ibrani yang dengannya Waraqah telah menyalin kitab Injil dari bahasa Ibrani. Rasulullah SAW kemudian menceritakan kejadian besar yang beliau alami di gua hira. setelah mendengar penjelasan Rasulullah SAW , Waraqah berkata : "Quddus, Quddus! Hai (Muhammad) anak saudaraku, itu adalah rahasia yang paling besar yang pernah diturunkan Allah kepada Nabi Musa a.s. Wahai kiranya aku dapat menjadi muda dan kuat , semoga aku masih hidup , dapat melihat, ketika engkau diusir kaummu!"....." Apakah kaumku akan mengusir aku?" tanya Rasulullah SAW. "Ya!" jawab Waraqah mantap. " Semua orang yang datang membawa seperti apa yang engkau bawa ini, mereka tetap dimusuhi. Jikalau aku masih menjumpai hari dan waktu engkau dimusuhi itu, aku akan menolongmu dengan sekuat-kuat tenagaku!". Berdasarkan penjelasan Waraqah bin Naufal tersebut, Rasulullah SAW merasa mendapat keterangan yang jelas perihal peristiwa besar yang beliau alami di gua hira. Juga Khadijah memegang teguh akan keterangan-keterangan Waraqah tersebut, dan memang itulah yang dinanti-nantikan selama ini, yakni berita gembira tentang diangkatnya suami tercintanya tersebut menjadi Rasul-nya. Tak berapa lama setelah memberikan keterangannya tersebut, Waraqah bin naufal meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara waktu. 

Wahyu kedua.

Menurut riwayat, setelah menunggu lebih kurang dua setengah tahun lamanya dari wahyu pertama, wahyu kedua baru turun kepada Rasulullah SAW. jarak waktu yang demikian lama membuat Rasulullah SAW merasa cemas dan was-was jika wahyu telah terputus.  Wahyu kedua ini turun disaat Rasulullah SAW tengah berjalan dan mendengar suara dari langit. Ketika Rasulullah SAW mendongak ke langit , maka tampaklah oleh beliau Malaikat Jibril duduk di kursi antara langit dan bumi. Rasulullah SAW sangat terperanjat dan menggigil ketakutan. Kemudian beliau bergegas pulang ke rumah dan sesampainya beliau di rumah, beliau meminta Khadijah untuk menyelimutinya. dalam keadaan berselimut itulah wahyu kedua turun kepada beliau : 
"Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah". (Q.S Al Muddatstsir : 1 - 7).
Setelah diturunkannya wahyu yang kedua ini, berarti Allah SWT telah memerintahkan kepada beliau untuk memberikan peringatan kepada sekalian umat manusia agar mereka beriman dan menyembah Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa yang tiada sekutu bagi-Nya.

As saabiquunal Awwaluun.

Berdasarkan perintah Allah SWT pada wahyu kedua yang beliau terima, maka Nabi Muhammad SAW mulai melaksanakan dakwah beliau secara rahasia atau sembunyi-sembunyi. sasaran dakwah pertama beliau tentu keluarga dan orang-orang terdekat dalam kehidupan dan pergaulan beliau. orang yang mula-mula beriman adalah Khadijah , wanita mulia yang juga isteri tercinta beliau. Kemudian keponakan beliau , Ali bin Abi thalib dan disusul oleh Zaid bin Haritsah, hamba sahaya Rasulullah SAW yang kemudian beliau jadikan anak angkat. setelah orang-orang terdekat dalam kehidupan keluarga beliau , maka Rasulullah SAW kemudian mengajak sahabat karib beliau yang langsung menyatakan keimanannya, yakni Abu bakar Ash Shidiq. Setelah Islamnya Abu Bakar Ash Shidiq, maka semakin banyak orang yang menyatakan iman mereka , seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdurahman bin 'Auf, Thalhah bin 'Ubaidillah, Abu 'Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam dan Fatimah binti Al Khaththab beserta suaminya, Zaid bin Zaid Al Qurasy. Mereka itulah pionir-pionir Islam dan diberi gelar As Saabiquunal Awwaluun, atau orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama masuk islam. Selama kurun waktu kurang lebih tiga tahun , jumlah orang yang telah menyatakan keislaman mereka berjumlah tiga puluh orang. Rasulullah SAW langsung memberikan ajarannya perihal islam meski masih secara sembunyi-sembunyi dalam pertemuan-pertemuan rahasia diantara mereka di rumah Arqam bin Abil Arqam.

Dakwah secara terang-terangan.

Setelah tiga tahun melaksanakan dakwah secara sembunyi-sembunyi dan bersifat rahasia, Allah SWT kemudian memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk melaksanakan dakwah secara terang-terangan. Firman Allah yang menjadi landasan Rasulullah SAW untuk memulai dakwah langsungnya kepada masyarakat luas tersebut adalah : " Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Q.S Al Hijr : 94)
Setelah perintah Allah SWT tersebut turun, Rasulullah SAW kemudian mengumpulkan kerabat beliau sendiri. lalu kemudian mengumpulkan kerabat beliau sendiri. lalu kemudian kepada segenap penduduk Mekkah dan baru kepada para kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah yang datang untuk mengerjakan haji ke Baitullah. Lama kelaman banyak juga orang-orang yang menyatakan keimanan mereka dan masuk ke dalam Islam, meski kebanyakan dari mereka itu adalah kaum yang lemah, baik lemah keduniawiannya maupun juga lemah kedudukannya. 

Reaksi Kaum Qurasy.

Pada mulanya , orang-orang dari kaum Qurasy tidak mengambil peduli dengan seruan yang disampaikan Rasulullah SAW. Mereka tidak merasa terancam kedudukan dan segala yang telah mereka dapatkan selama itu. Mereka menganggap , bahwa apa yang diserukan Rasulullah SAW tersebut hanyalah gerakan yang tidak berdasar dan tidak bertujuan, yang pasti kemudian akan padam dengan sendirinya. Kaum Qurasy agak terperangah melihat perkembangan yang sangat cepat dari gerakan Rasulullah SAW tersebut. Para pengikut Rasulullah terlihat semakin banyak dan semakin meluas. Dan akhirnya kaum Qurasy menjadi marah luar biasa serta mulai melancarkan permusuhan kepada diri Nabi SAW berikut seluruh pengikutnya, setelah mereka mendengar bahwa tuhan-tuhan berhala mereka mulai diusik! Kaum Qurasy masih terdiam ketika Rasulullah SAW mengajak kepada jalan yang diRidhai-Nya. namun ketika Rasulullah SAW sudah menyerukan  agar sekalian manusia beribadah dan menyembah hanya kepada Allah SWT semata serta meninggalkan tuhan-tuhan berhala sesembahan mereka selama ini karena berhala-berhala tersebut tidak mampu mendatangkan manfaat serta mudharat sedikitpun, maka bangkitlah kemarahan mereka ! kapak peperangan pun mereka umumkan kepada Nabiullah Muhammad SAW beserta kaum muslimin pengikut beliau. Dengan segala kekuuatan dan daya , kaum Qurasy kemudian mencegah orang-orang untuk memasuki Islam. jika dengan cara yang halus sulit ditempuh, maka jalan kekerasan pun mereka laksanakan agar orang-orang yang kedudukannya di bawah mereka tidak memasuki Islam. Penyiksaan di luar batas kemanusiaan dan penindasan yang sangat keras dilakukan oleh kaum kafir Qurasy terhadap kaum muslimin, terutama pada mereka-mereka yang berasal dari golongan rendah. jika seorang hamba sahaya berani masuk ke dalam islam, maka majikannya yang masih tetap kafir akan menyiksanya dengan sangat keji di luar batas-batas kemanusiaan. Adapun pada diri Rasulullah SAW , kaum kafir Qurasy masih belum berani menganggu beliau karena mereka masih memandang derajat dan leluhur beliau. Bahwa Rasulullah SAW berasal dari keturunan Bani Hasyim yang sangat mereka hormati serta mereka segani serta adanya seorang pelindung yang juga sangat mereka segani yakni Abu Thalib, sehingga orang-orang kafir kaum Qurasyi masih belum berani mengusik Nabi SAW. Namun meski mereka tidak berani menganggu secara fisik terhadap Rasulullah SAW , mereka tetap melancarkan gangguan berupa ejekan , cemoohan atau juga caci maki yang ditujukan kepada beliau. Jika mereka bertemu atau melihat Rasulullah SAW, maka ejekan mereka akan langsung terlontar pada diri beliau. hal ini seperti yang tertulis di dalam Kitabullah, Al Qur'an : " Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad ), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): " inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul? sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita seandainya kita tidak sadar (menyembah)nya. (Q.S Al Furqaan : 41 - 42).
Terhadap seruan Nabiullah Muhammad SAW agar sekalian manusia hanya menyembah Allah SWT , Tuhan Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya , maka reaksi kaum kafir Qurasy langsung tertuju kepada diri Nabi SAW dan menyebutkan bahwa Muhammad itu tidak lain hanyalah tukang sihir yang pendusta! Firman-Nya : "Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka ; dan orang-orang kafir berkata : " Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta! Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan" (Q.S Shad : 4 - 5).
Disaat Rasulullah SAW menyerukan agar meninggalkan penyembahan mereka kepada berhala-berhala yang tidak akan mendatangkan manfaat serta mudharat sedikitpun bagi sekalian penyembahnya, karena sesungguhnya berhala-berhala tersebut hanyalah batu yang pasti tiada akan mampu berbuat apapun juga, maka kaum kafir Qurasy serta merta memberikan alasan mereka. Al Qur'an telah menceritakan sikap sekalian para penyembah berhala tersebut melalui firman-Nya : " Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada allah dengan sedekat-dekatnya." (Q.S Az Zumar : 3).
Ketika pula Rasulullah SAW menyerukan agar mereka beriman kepada ayat-ayat-Nya, maka orang-orang kafir Qurasy serta merta menyebutkan bahwa Al Qur'an itu tidak lain melainkaan hanyalah bualan Muhammad beserta sekalian para pengikutnya dan isinya juga hanyalah dongengan kuno semata! Firman-Nya :
"Dan orang-orang kafir berkata : Al Qur'an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dibantu oleh kaum yang lain; maka sesungguhnya mereka telah berbuat kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata : " Dongengan-dongengan orang-orang dahulu , dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang." ( Q.S Al Furqaan : 4 - 5 ).
Begitulah beberapa cemoohan-cemoohan dan ejekan-ejekan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Qurasy di setiap kesempatan jika mereka bertemu atau melihat Rasulullah SAW. Mereka tetap keras berusaha menghalang-halangi dakwah Rasulullah Muhammad SAW, meski mereka masih tidak berani menganggu fisik Rasulullah SAW. Kaum kafir Qurasy merasa kebingungan untuk mencari cara dalam menghentikan dakwah dan seruan Nabi Muhammad SAW. Mereka telah melakukan teror mental kepada Nabi SAW dengan mengejeknya, dan mencemoohnya, menyindirnya dengan keras, namun Nabi SAW tetap saja menuarakan seruan dakwanya yakni, mengajak sekalian manusia untuk hanya menyembah kepada Allah SWT dan mengakui kenabian yang telah beliau emban dari-Nya. Mereka juga tambah kebingungan dan tidak habis pikir pada orang-orang dari golongan rendah yang telah mereka sikda dengan keji, mereka aniaya hingga diluar batas kemanusiaan, namun mereka tetap menyatakan keimanan serta keislaman mereka! Hukuman , penganiayaan serta penyiksaan yang keji pada diri mereka seolah tidak mampu meruntuhkan keimanan dan keislaman mereka. Akhirnya setelah bersepakat , mereka akhirnya memutuskan untuk mendatangi Abu thalib, agar beliau dapat membujuk keponakannya tersebut untuk segera menghentikan dakwahnya itu. Abu Thalib menolak permintaan pemuka-pemuka Qurasy yang datang ke rumahnya tersebut yang memintanya agar ia membujuk Muhammad untuk menghentikan dakwahnya.  tidak berhasil dengan cara yang halus, para pemuka Qurasy kembali mendatangi rumah abu Thakib dan mengeluarkan ancaman mereka : Apakah Abu Thalib atau mereka semua yang akan menghentikan dakwah muhammad secara  paksa! Sikap keras para pemuka Qurasy ini membuat kebingungan Abu Thalib. jika ia menuruti perintah para pemuka Qurasy tersebut , maka ia harus melarang keponakannya untuk meneruskan dakwahnya. Dan ini tidak sampai hati baginya untuk menyatakan permintaanya tersebut. namun jika dibiarkannya keponakannya tersebut meneruskan dakwanya, maka berarti akan terjadi perpecahan dan permusuhan yang besar pada kaumnya. Abu Thalib merasa kesulitan untuk melaksanakan salah satu dari dua pilihan yang sama-sama berat baginya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengatakan hal itu kepada keponakannya : " Wahai anakku ! Sesungguhnya aku ditemui oleh para pemimpin kaummu dan mereka mengatakan kepadaku agar aku mencegah seruan dakwahmu dan tidak mencela agama serta ajaran nenek moyang mereka. oleh karena itu , jagalah diriku dan dirimu dan janganlah aku dibebani dengan sesuatu perkara yang tidak sanggup bagiku untuk memutuskan."
Mendengar ucapan pamannya , Rasulullah SAW menyangka bahwa pamannya sudah tidak bersedia lagi menjadi pelindungnya. Dengan suara yang tegas akhirnya beliau SAW menegaskan pendiriannya : " Demi Allah, wahai paman ! sekiranya mereka meletakkan matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku , agar aku meninggalkan dakwahku , maka aku tak akan menghentikan seruanku!" Setelah mengucapkan pendiriannya tersebut, Rasulullah SAW kemudian meninggalkan pamannya sambil menangis. Ia merasa pamannya sudah tidak mau melindungi dirinya lagi, padahal selama ini pamannya adalah segala-segalanya bagi Muhammad SAW. "Menghadaplah kemari wahai anakku!" panggil Abu Thalib. " Pergilah dan katakan apa yang engkau kehendaki, demi Allah aku tidak akan menyerahkan engkau karena suatu alasan apapun untuk selama-lamanya!"
Demikianlah ketegasan sikap Abu Thalib yang semakin menguatkan semangat dan tekad Rasulullah SAW untuk meneruskan dakwahnya selaku tugas dan tanggung jawab yang beliau emban dari Allah SWT.

Pindah ke Habsyah.

Kaum kafir Qurasy semakin memperkeras sikap perlawanan mereka terhadap dakwah Nabiullah Muhammad SAW. Pada pandangan mereka , Abu thalib yang telah mereka minta secara baik-baik dan juga secara keras untuk menghentikan dakwah yang disampaikan keponakannya tersebut, tetap membiarkan Muhammad melaksanakan dakwahnya. Dengan demikian berarti mereka sendirilah yang harus menghentikan dakwah Muhammad! Gangguan yang lebih keras mereka tujukan kepada Nabi SAW. Siksaan , penganiayaan dan hukuman yang jauh lebih keras mereka terapkan pada para pengikut Nabi SAW yang kebetuln menjadi orang-orang bawahan mereka. Tak terperikan kepedihan para pionir Islam tersebut dalam mempertahankan keimanan dan keislaman mereka. Sungguh luar biasa ketabahan serta kesabaran mereka mendapat penganiayaan dan penyiksaan yang amat sangat keji di luar batas-batas kemanusiaan! Rasulullah SAW yyang melihat penderitaan para pengikutnya tersebut tidak lagi merasa tahan. Beliau akhirnya menyarankan agar para sahabatnya tersebut hijrah ke habsyah (Etiophia) karena beliau mengetahui bahwa ra Habsyah adalah orang yang adil yang akan menerima kedatangan serta melindungi para sahabat Rasulullah SAW tersebut. Demikian Akhirnya , rombongan demi rombongan kaum muslimin mulai meninggalkan kampung halaman mereka dan hijrah ke habsyah. menurut riwayat , kaum muslimin yang melaksanakan hijrah ke habsyah tersebut kurang lebih berjumlah seratus orang. Para sahabat utama Rasulullah SAW yang turut hijrah ini adalah Utsman bin Affan, Zuber bin Awwam, Abdurrahman bin Auf dan lain-lainnya. Sperti yang telah diduga Rasulullah SAW sebelumnya, raja Habsyah berkenan menerima kedatangan para sahabat Rasulullah SAW tersebut dan bahkan memberikan perlindungannya. Sementara di Mekkah , Rasulullah SAW tetap gencar melancarkan dakwahnya meski gangguan yang datang kepada beliau juga semakin gencar serta keras. Allah SWT menunjukkan kuas-Nya. meski mendapat tantangan dan gangguan yang semakin keras , Allah SWT membuka mata hati dua musuh Islam nomer satu untuk memasuki Islam. atas rahmat Allah SWT , dua pentolan penentang Islam paling keras yakni Umar bin Khathtab dan Hamzah bin Abdul Muththalib masuk Islam. Ini merupakan pukulan paling telak bagi kaum kafir Qurasy. Dengan masuknya dua orang yang sangat berpengaruh dalam suku Qurasy tersebut maka Islam semakin kuat. Semangat kaum muslimin semakin bernyala-nyala. Pertahanan Islam semakin kukuh karena dua orang tersebut laksana benteng kuat dalam mempertahankan Islam.



Referensi : Kisah 25 Kekasih Allah SWT & Para Sahabat Rasulullah SAW. ( Gamal K).


Bersambung



  

kisah dunia (16)

Nabi Muhammad SAW


"Hai manusia sesungguhnya akuadalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia. Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia , supaya kamu mendapat petunjuk." (Q.S Al A'raaf : 158).

Silsilah keturunan.

Muhammad adalah putera Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Banu Ismail. Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Jadi nasab ayah dan ibu Muhammad bertemu pada nenek beliau yang bernama Kilab bin Murrah. Baik dari garis keturunan ayah maupun juga ibu, keduanya termasuk golongan bangsawan dan sangat terhormat dalam kalangan kabilah-kabilah Arab. Nasab Muhammad jika diteruskan ke atas dari Kilab , akan bersambung hingga akhirnya sampai ke Adnan. sedangkan Adnan itu silsilahnya termasuk keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim a.s. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW adalah termasuk anak keturunan Nabi Ismail a.s.

Kelahiran Muhammad

Sebelum Muhammad dilahirkan, kota Mekkah pada waktu itu masih berada dalam kondisi jahiliyah atau kebodohan yang sangat pekat. Ajaran nabiullah Isa a.s yang berupa kitab Injil dan syariatnya seolah telah lenyap dari tanah Mekkah, sehingga mereka kehilangan pegangan maupun arah hidup menuju kebenaran. dikala umat manusia dalam kegelapan yang pekat dan kehilangan pegangan serta arah hidup yang benar tersebut, di kota mekkah lahirlah seorang anak dari keluarga sederhana yang kelak akan membawa perubahan yang sangat besar bagi sejarah peradaban dunia. Anaka yang terlahirkan yatim, karena ayahandanya telah meninggal dunia ketika ia berusia dua bulan dalam kandungan ibundanya. Abdullah , ayah bayi yang baru dilahirkan tersebut meninggal dunia di Yatsrib (Madinah) dalam perjalanan pulang kembali ke Mekkah setelah berdagang dari negeri Syam (Syria). Kelahiran bayi yatim tersebut segera disambut kakeknya , Abdul Muthalib, dengan penuh kasih sayang. Abdul Muthalib segera membawa bayi mungil tersebut ke kaki Baitullah (Ka'bah) dan diberi nama Muhammad, sebuah nama yang belum pernah ada sebelumnya. Kelahiran bayi yang kelak akan membawa perubahan yangsangat besar bagi peradaban umat manusia di dunia tersebut terjadi pada hari senin tanggal 12 Rabi'ul Awal tahun gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 april 571 Masehi.

Tahun Gajah

 Tahun kelahiran Muhammad ini disebut juga sebagai tahun Gajah, karena adanya suatu peristiwa besar yang terjadi di kota Mekkah. Kota ini telah didatangi oleh sepasukan tentara gajah dari Yaman di bawah pimpinan Abrahah. Sebelumnya, Abrahah yang merupakan pengikut Nasrani yang fanatik ini telah berhasil menghancurkan kerajaan Dzu Nuwas yang beragama Yahudi. Setelah kerajaan Dzu Nuwas tesebut runtuh , Abrahah embangun gereja di San'a, ibukota negeri Yaman, ditempat kerajaan Dzu uwas berada. Adapun pendirian gereja ini adalah dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian orang-orang agar tidak beribadah ke Ka'bah yang terletak di kota Mekkah tersebut. usaha dan niat Abrahah ini ternyata tidak berhasil seperti yang diharapkannya. Orang-orang tetap berduyun-duyun mengunjungi Ka'bah untuk beribadah disana. Bahkan, orang-orang dari Yaman sendiri pun tetap banyak mengujungi Ka'bah. Dan hal inilah yang membuat Abrahah marah. Agar orang-orang tidak dapat lagi mengunjungi Ka'bah dan beribadah disana, maka tidak ada jalan lain bagai Abrahah kecuali menghancurkan Ka'bah! Segera Abrahah menyiapkan tentaranya secara besar-besaran. dikerahkan semuua kekuatan yang dimiliki Abrahah untuk segera meruntuhkan Ka'bah. Dengan perlengkapan perang lengkap dan mengendarai gajah-gajah, berangkatlah Abrahah dengan pasukan kuatnya menuju Mekkah dengan titik sasarn satu, menghancurkan Ka'bah! Tentu saja Allah SWT tidak mengijinkan jika Rumah-Nya tersebut dihancurkan. Allah SWT kemudian mengirimkan burung-burung ababil yang terbang berbondong-bondong mencegat niat jahat Abrahah , sehingga pasukan Abrahah hancur. (Q.S Al Fiil : 1 - 5).

Masa Penyusuan.

Seperti yang lazim dilakukan oleh orang-orang Arab kota Mekkah dan terlebih-lebih bagi mereka yang masih mempunyai keturunan bangsawan, untuk menyusukan dan menitipkan bayi-bayi mereka kepada wanitah Badiyah atau wanita dusun di padang pasir agar bayi-bayi tersebut dapat menghirup udara segar pedusunan, terhindar dari berbagai penyakit kota dan dapat berbicara dalam bahasa asli dengan fasih. begitu pula terjadi pada diri Muhammad. Aminah segera mencari seorang ibu susu , yang akan menyusukan buah hatinya tersebut. Bayi Muhammad disusukan kepada Tswaibah selama beberapa hari dan akhirnya disusukan Halimah As Sa'diyah di desa Bani Sa'ad hingga Muhammad kecil berusia 2 tahun. selanjutnya , di desa Bani Sa'ad yang berudara bersih dan mempunyai pemandangan yang indah tersebut, Muhammad diasuh oleh Halimah As sa'diyah hingga empat tahun usianya. Bagi keluarga Halimah As Sa'diyah, kedatangan Muhammad kecil seolah menjadi berkah tersendiri bagi diri dan keluarganya. kehiduan keluarganya yang smula sangat miskin , mendadak berubah menjadi lebih baik. Anak-anak kandungnya sendiri yang semula sering menangis karena kelaparan dan kekurangan air susu, mendadak tidak lagi kekurangan air susu, karena setelah bayi Muhammad ikut menyusu pada Halimah As sa'diyah , air susu wanita dari desa Bani Sa'ad tersebut menjadi berlimpah-limpah banyaknya sehingga sangat mencukupi kebutuhan air susu anak-anaknya maupun juga Muhammad. ini berkah Allah SWT yang sangat banyak bagi Halimah As Sa'diyah dan keluarganya, sehingga keluarga yang bersahaja tersebut sangat gembira menerima dan mengasuh Muhammad kecil. Dan bagi Muhammad kecil, apa yang diharapkan dari sistim penyusuan bagi Arab dapat tercapai pada dirinya. Ia dapat memperoleh udara yang masih bersih lagi segar sepertiyang terdapat pada desa Bani Sa'ad, terhindar dari berbagai penyakit kota Mekkah dan mampu berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih. di desa Bani Sa'ad itulah  Muhammad kecil tumbuh selaku anak yang telah menunjukkan kecerdasan otaknya dan keluhuran budi pekertinya.

Ibunya Meninggal Dunia.

Setelah waktu penyusuan dan asuhannya selesai, Muhammad kecil dikembalikan lagi kepada ibunda tercintanya, Aminah. Pada suatu hari , ketika Muhammad berumur enam tahun diajak oleh ibunya berziarah ke makam ayahnya di madinah dan bersilahturrahmi ke tempat keluarga neneknya Bani Najjar. turut bersama mereka adalah hamba sahaya perempuan mereka yang bernama Ummu Aiman. Mereka tinggal di Madinah sekitar satu bulan lamanya sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman tersebut, ketika mereka sampai di desa Abwa, sekitar 23 mil sebelah selatan kota Madinah, Aminah mendadak sakit kemudian meninggal dunia dan dikuburkan di Abwa itu juga. Betapa sedihnya hati Muhammad kecil. Dalam usianya yang masih belia , ia elah menjadi anak yatim piatu dan bahkan di depan matanya sendiri ibunya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya! Setelah penguburan Aminah selesai, Ummu Aiman segera membawa Muhammad pulang kembali ke Mekkah kemudian diserahkannya anak yatim piatu kepada kakeknya yang bernama Abdul Mutahlib. 

Berganti-ganti orang tua asuh.

Abdul Muththalib yang merupakan pemuka kaum Qurasy adalah figur yang sangat disegani serta dihormati oleh sekalian kaum Qurasy dan juga penduduk kota Mekkah pada khususnya. Abdul Muthahalib yang usianya telah lanjut , hampir 80 tahun, sangat menyayangi Muhammad , cucu sebatang karanya tersebut. diasuhnya Muhammad kecil dengan penuh rasa kasih sayang.Muhammad kecil jadi merasa terhibur dan melupakan kemalangannya ditinggal ibunda tercintanya dalam asuhan kakek yang sangat menyayanginya tersebut. Namun demikian , takdir Allah SWT telah tertulis pada diri Abdul Muththalib sehingga dua tahun semenjak beliau mengasuh dan merawat Muhammad , beliau meninggal dunia. Muhammad kecil kembali berduka. Abu Thalib , paman Muhammad kemudian mengambil dan mengasuh Muhammad dalam keluarganya. Umur Muhammad waktu itu 8 tahun. seperti halnya Abdul Muththalib , Abu Thalib juga sangat menyayangi keponakannya tersebut. Abu thalib mengasuh dan merawat muhammad layaknya Muhammad itu anaknya sendiri.

Pendeta Buhaira.

seperti halnya kaum Qurasy pada umunya , mata pencaharian Abu Thalib adalah berdagang. Abu Thalib sering berdagang hingga ke negeri Syam (Syria). Muhammad kecil sering diajaknya bepergian untuk berdagang. Ketika Muhammad berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya untuk berdagang ke Syam. belum sampai di negeri tujuan perdagangan mereka , kafilah Abu Thalib bertemu dengan seorang pendeta nasrani yang sangat alim bernama Buhaira. pertemuan itu terjadi di kota Bushra. Pendeta Nasrani tersebut melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad kecil. ia kemudian menyarankan , agar Abu thalib segera membawa Muhammad kembali pulang ke Mekkah. Menurut pendeta Buhairah, jika orang-orang Yahudi mengetahui masalah tanda-tanda kenabian pada Muhammad tersebut , maka dapat berakibat buruk pada keselamatan diri dan jiwa Muhammad, karena dapat dipastikan jika kaum Yahudi itu akan menganiaya. Abu Thalib pun segera pulang kembali ke mekkah. ia tidak ingin kekhawatiran dan pesan pendeta nasrani yang ditemuinya di Bushra tersebut menjadi kenyataan pada diiri keponakannya yang telah dianggapnya seperti anak kandungnya sendiri tersebut. Apalagi jika ia mengingat , bahwa tanda-tanda kenabian pada diiri keponakannya itu telah terbaca oleh orang alim seperti halnya pendeta Buhaira tersebut. 

Menggembala kambing dan berdagang.

Di masa kecilnya tersebut, Muhammad menggembala kambing, baik itu kambing-kambing milik keluarganya atau juga milik penduduk yang dipercayakan padanya untuk menggembalanya. selain untuk mendapatkan nafkah yang halal , tugas menggembalakan kambing-kambing ini sebagai latihan belajar memimpin umat dimasa yang akan datang, karena tugas menggembalakan  kambing memerlukan keterampilan dalam bertindak, ketekunan, kesabaran dan juga keuletan. Kelak setelah Muhammad menjadi Nabi utusan Allah, terdapat satu hadits yang menceritakan masalah penggembalaan kambing ini. Dari Jabir bin Abdullah r.a katanya : Kami pernah memetik buah kabats bersama Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda : " Ambillah buah yang hitam, karena itulah yang lebih baik." Mereka bertanya :" Pernahkah tuan mengembala kambing ?" Jawab Beliau : " Nabi-nabi pernah menggembalakannya." (H.R Bukhari) .
Dari hari ke hari , sifat perangai dan perilaku Muhammad menjadi buah bibir masyarakatnya karena kemuliannya. Masyarakat kaum Qurasy sangat terpesona dengan keluhuran akhlak Muhammad. kejujuran Muhammad sangat terkenal pada masyarakat suku Qurasy, sehingga mereka menggelari muhammad dengan sebutan Al Amin yang berarti orang yang dapat dipercaya. Begitulah sesungguhnya kejujuran calon pemimpin umat seluruh dunia tersebut. ia tidak pernah berdusta, berbohong atau berkata palsu. Apa-apa yang telah dipercayakan kepadanya pasti akan ditunaikannya dengan sebaik-baiknya. Tak pernah sekali-kalipun terdengar kabar yang menyatakan Muhammad menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Oleh karenanya, julukan al Amin yang diberikan masyarakat luas kepadanya, adalah julukan yang paling pantas yang dapat diberikan masyarakat pada diri Muhammad. Meningkatnya usia dewasa , Muhammad mulai hidup mandiri. Beliau mulai belajar berdagang.

Menikah. 

pada waktu itu terdapat seorang janda yang cantik lagi kaya raya dan amat terkenal selaku orang yang sangat dermawan. Namanya Khadijah binti Khuwailid. Ia menjadi janda karena suaminya, yakni Nabbasy bin Zurarah Atttaimy telah meninggal dunia. Khadijah sesungguhnya masih satu keturunan dengan Muhammad, yaitu bertemu pada leluhur mereka yang bernama Qushai. Jika garis silsilah Muhammad adalah : Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qushai. Maka garis keturunan Khadijah ke atas adalah : Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah sangat tertarik dengan kejujuran Muhammad yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Oleh karenanya, Khadijah mempercayakan dagangannya kepada Muhammad untuk didagangkan ke negeri syam. Karena kejujuran Muhammad , usaha perdagangan Khadijah jadi berkembang dengan pesat. Hal ini tentu membuat Khadijah senang kepada Muhammad. Pada suatu ketika , sepulang berdagang dari negeri Syam , datanglah lamaran dari Khadijah pada diri Muhammad. setelah tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak, maka pernikahan pun dilangsungkan. Pada saat itu muhammad berumur 25 tahun sedang Khadijah berumur 40 tahun. Bagi Muhammad , perkawinannya dengan Khadijah merupakan yang pertama, sementara bagi khadijah , perkawinannya yang ketiga. khadijah telah menikah dua kali sebelumnya, dimana baik suami pertamanya, yakni "Atieq bin Aabid Al Makhzumy , dan juga suami keduanya , yakni Nabbasy bin Zurarah Attaimy kedua-duanya telah meninggal dunia. Khadijah sebelum menikah dengan Muhammad telah mempunyai tiga anak, yakni seorang putri bernama Hindun dari suami pertamanya, dan dua orang anak lagi , yakni Halal dan hindun dari suami keduanya. Meski berbeda status perkawinan mereka, namun Muhammad dan Khadijah dapat hidup rukun dalam berkeluarga dan saling cinta-mencintai diantara keduanya. dengan perkawinan tersebut, muhammad mendapatkan ketenangan dan ketentraman. Khadijah adalah wanita mulia yang kelak di kemudian hari merupakan orang pertama yang menagkui kenabian dan kerasulan Muhammad SAW. Kelak setelah Allah SWT mengutus Muhammad selaku Nabi dan Rasul-nya, beliau SAW mengemukakan di dalam salah satu hadits berkenaan dengan isteri beliau tersebut ; dari Ali r.a , katanya : saya mendengar Nabi SAW bersabda : "perempuan dunia terbaik pada masanya ialah Maryam binti Imran. Dan perempuan terbaik umat ini ialah Khadijah." (H.R Bukhari).

Kisah peletakan Hajarul Aswad.

Pada suatu ketika terjadilah banjir di negeri Mekkah. Air yang meluap merusak sebagian dinding Ka'bah. Kaum Qurasy di Mekkah beramai-ramai memperbaiki kerusakan yang terjadi pada rumah Allah tersebut. Muhammad yang ketika itu berusia 35 tahun, turut pula bekerja bersama-sama mereka dalam memperbaiki Baitullah tersebut. Sekalian kaum Qurasy bergotong royong dan bahu membahu bekerja agar Ka'bah dapat diperbaiki. tak ada pertentangan sedikitpun ketika mereka bekerja bersama-sama. Pertentangan hingga hampir terjadi perselisihan yang besar terjadi pada mereka, ketika pekerjaan perbaikan Ka'bah telah selesai. Persoalannya terletak pada siap yang palin berhak meletakkan Hajarul Aswad atau batu hitam pada posisi semula. Masing-masing pemuka Qurasy merasa bahwa dirinya yang paling berhak meletakkan batu hitam tersebut pada kedudukannya yang semula. Dan karena masing-masing pemuka Qurasy itu saling ngotot , maka pertentangan diantara mereka kian meruncing dan berujung pada hampir terjadinya perang diantara mereka sendiri. Pada saat yang sangat kritis tersebut, muncullah Muhammad dengan mengemukakan ide dan gagasannya yang kemudian menjadi persetujuan sekalian kaum Qurasy. Atas kebijaksanaan Muhammad maka dibentangkanlah kain lebar dan ia menyuruh wakil dari tiap-tiap kabilah dari kaum Qurasy untuk memegang ujung kain tersebut. Kemudian Hajar Aswad diletakkan di tengah-tengah kain yang terbentang tersebut dan barulah mereka angkat bersama-sama. setelah dekat di tempat semula , kemudian Muhammad meletakkan Hajar Aswad itu di tempatnya. dengan kejadian tersebut maka perselisihan dan peperangan diantara kabilah di dalam suku Qurasy tidak terjadi. masing-masing kabilah merasa bahwa mereka telah turut serta meletakkan batu hitam tersebut pada tempatnya semula dan mereka telah merasa puas karenanya. Peristiwa peletakkan hajarul Aswad semakin mengokohkan keharuman nama Muhammad di tengah-tengah suku Qurasy.

Mengemban Tugas Kerasulan.

Setelah berumur sekitar 40 tahun, Muhammad sering menyendiri di gua Hira yang terletak  pada sebuah bukit yang bernama Jabal Nur atau bukit yang bercahaya untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT. Di gua Hira itu, Muhammad memikirkan kondisi masyarakatnya yang sudah demikian parah ketauhidan dan akhlak mereka. Mereka telah meninggalkan penyembahan kepada Allah SWT dan lebih memilih untuk menyembah berhala meski mereka berdalih bahwa penyembahan berhala tersebut agar lebih mendekatkan doa dan permohonan mereka pada Allah SWT. kaum Qurasy juga sangat menyombongkan diri, dan membangga-banggakan kabilah dan keturunan masing-masing. Akhlak mereka juga telah rusak. sebagai misal, jika mereka dikaruniai seorang anak perempuan, maka mereka akan segera membunuhnya dengan cara menguburnya hidup-hidup. Bagi kaum Qurasy , mempunyai anak perempuan merupakan suatu kehinaan yang akan mencoreng harga diri serta kehormatan mereka di mata masyarakat. mereka juga gemar menenngak minuman keras, berjudi , dan mendatangi para pelacur demi menyalurkan hasrat biologis mereka. kondisi masyarakat Qurasy telah demikian parah. Dan Muhammad sangat sedih melihat itu semua sehingga beliau kerap merenung dan memikirkannya. Ketika Muhammad menjelang empat puluh tahunusianya, disaat beliau tengah bertahanuts di dalam gua Hira, datanglah Malaikat Jibril membawa tulisan dan menyuruh Muhammad untuk membacanya. "Bacalah!" demikian pinta Malaikat Jibril. "Aku tidak dapat membaca!" jawab Muhammad jujur. Malaikat Jibril kemudian merengkuh tubuh Muhammad beberapa kali sehingga nafas beliau tersa sesak, kemudian Malaikat Jibril melepaskan rengkuhannya dan kembali meminta : " Bacalah!" ..."Aku tidak dapat membaca!" jawab Muhammad pula. begitulah berulang-ulang hingga tiga kali , dan akhirnya Muhammad SAW menanyakan : " Apa yang kubaca?". Malaikat Jibril kemudian mengucapkan firman Allah SWT yang sekaligus menjadi pertanda pengangkatan Muhammad menjadi Nabi dan Rasul-Nya bagi seluruh umat manusia. "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah , dan Tuhanmu lah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam Dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al 'Alaq : 1 - 5). Itulah wahyu Allah yang pertama kali kepada Muhammad. Dan itu terjadi pada malam tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal 6 agustus 610 Masehi. Itulah wahyu dari Allah SWT yang memulai babak baru dalam kehidupan Muhammad, karena sejak malam itu pulalah beliau telah mengemban amanat-Nya selaku Nabi dan Rasul-Nya untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini hingga akhir jaman.



Referensi : Kisah 25 Kekasih Allah SWT & Para Sahabat Rasulullah SAW. (Gamal K).


Bersambung